Kamis, Januari 05, 2006

Harapan, Semangat, Bencana dan Tahun Baru

First, i would say:
Happy New Year 2006
Pengen pake bahasa inggeris, tapi masih kaku...
----------

Di penghujung tahun 2005 yang menyisakan kenangan indah, kesuksesan, bahagia yang tak dapat ternilai dan tak terkecuali remuknya diri dengan semua kepongahan jiwa dan keadaan yang belum dapat diperbaiki - aku mengambil sebuah kesimpulan. Kesuksesan seseorang adalah, ridha dari Allah SWT yang diolah dengan cara yang berbeda-beda oleh pribadi masing-masing dari kita. Ukurannya sangat relatif, seperti senyuman kita yang kadang diberatkan olehnya. Satu per satu mulai terbaca, mana mana langkah yang ternyata membawa kita ke jalan yang sekarang kita tempuh, yaa... satu per satu.
Baik buruk masa lalu cuma sampah, apabila kita tidak bisa mengambil hikmah dan mengatur langkah selanjutnya yang lebih baik dan benar. Bukan cuma catatan kosong mengenai proyeksi keuntungan finansial setahun kedepan.
Terlebih lagi, ketika kita dihadapkan pada situasi yang serba sulit, meskipun tersebut tidak semua orang memiliki kata "serba sulit" dalam kamus hidupnya. Semua harus dijalani dengan penuh dedikasi, sebagai rasa syukur kita kepada Illahi Rabbi. Melihat ke depan, jalan menuju hidup yang lebih baik dan benar terbentang luas. Namun, diiringi jurang kegagalan yang juga sangat curam. Selalu berhati-hati, berdoa, memohon kepada Allah SWT agar dibimbing menuju jalan yang diridhai-Nya.

Dua hari ini, berita bencana banjir dan longsor mulai memenuhi kolom di media cetak dan televisi. Di Jember, Banjarnegara, Brebes (Salem), dan beberapa tempat lain. Menyisakan kembali sebuah kesedihan, bahwa semua ini adalah peringatan dari alam yang mulai bosan dicampakkan oleh warga manusia. Pohon ditebangi tanpa reboisasi yang mungkin dapat mengurangi $ yang ada di brangkas uang mereka, atau mungkin belum tahu side effect dari hal tersebut. Setidaknya, kita sudah dapat belajar banyak dari bencaan-bencana sebelumnya.

Tahun baru, membawakan secercah harapan untuk mengambil apa-apa yang telah menjadi hak kita. Kembali pada hangatnya keluarga, memberi, kasih-sayang, terima kasih, dan semua yang sering terlupakan adalah hak kita untuk kita lakukan. Tidak terlalu muluk menurut saya untuk kembali mengingatkan diri, bahwa kita ini cuma manusia.
ya..., kita ini cuma manusia.

Tidak ada komentar: